SWT berfirman :
Artinya : “ Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? ” QS. Al-Furqon : 43
Dari keindahan ayat diatas ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab rusaknya nilai-nilai keikhlasan seseorang dalam beribadah. Diantara penyebab utamanya adalah mengikuti hawa nafsu.Hawa nafsu akan membuat amal ibadah seseorang menjadi sesuatu yang sia-sia dihadapan Allah SWT.
Oleh karenanya Penulis menyarankan dan mengajak kepada seluruh pembaca yang budiman untuk sama-sama kita meren ungkan akan kehidupan setelah kita menjalani kehidupan dunia yang fana ini ; janganlah kita merasa bangga dengan kenalan, sahabat dekat, atau backing yang akan menyelamatkan dan atau yang akan membesarkan kita, sebab pada hakikatnya itu adalah sementara, yang suatu waktu akan tiada, runtuh, lengser, bahkan akan menenggelamkan kita. Janganlah kita merasa bangga dengan pakaian yang berdasi serta rapid an gagah sebab pakaian terakhir kita adalah kain yang bermerek terkenal yaitu KAFAN. Janganlah kita merasa bangga dengan jenis kendaraan mewah baik itu mobil ataupun motor, karena kendaraan kita terakhir adalah KERANDA. Janganlah kita merasa bangga dengan tempat tidur yang empuk, dipan serta kasur yang mengenyangkan tidur kita, karena tempat tidur terakhir kita adalah TANAH. Janganlah kita merasa bangga dengan rumah yang kita idam-idamkan atau rumah mewah, karena rumah terakhir kita adalah KUBURAN. Dan jangan pula kita merasa bangga dengan titel atau gelar yang hebat serta banyak yang kita sandang, sebab titel atau gelar kita terakhir adalah ALMARHUM atau ALMARHUMAH. Subhanallah…!!
Lalu apa yang akan kita bawa ketika menghadap Sang Maha Adil di Yaumil Akhir? Sudah barang tentu, yang akan menyelmtkan kita hanyalah amal sholeh/ah kita.
“ Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petujuk. Dan amal-amal solehlah yang kekal itu lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya “. ( QS. Maryam, 19 : 76 ).
Ironisnya, dalam kehidupan keseharian justru sebagian besar orang malah cenderung mengikuti hawa nafsunya, bahkan tak jarang menjadikan pemenuhan hawa nafsu sebagai tujuan hidupnya. Orang yang semacam ini pada akhirnmya pasti akan menjadikan nafsu sebagai tuhannya, serta tak sedikit orang berpacu dalam hidupnya untuk menyingsingkan lengan, mengepalkan tangan, membelalakkan mata, pasang jurus serta kuda-kuda jitu untuk melengserkan orang demi meraih jabatan serta kedudukan. Memamerkan kekayaan serta kendaraan mewah agar mendapatkan sorotan tajam serta pujian orang, padahal belum tentu harta yang didapatkannya halal dan baik, sekarang…… tanyakan pada diri kita masing-masing, apa inikah bekal kita ? “Astaghfirullahal ‘adziim “. Semoga Allah SWT selamanya menjaga dan menyelamtkan kita serta mengampuni dosa dan kesalahan kita, Amien !.
Jika hawa nafsu dijadikan sebagai Tuhannya, maka rasa cinta, takut, harap, ridho, benci, atau rasa senang dan sebagainya pasti akan didasari oleh hawa nafsu. Jika kita mencintai atau membenci sesuatu, itu karena dicintai atau dibenci oleh hawa nafsunya.
Menuruti hawa nafsu jelas-jelas sangat bertentangan dengan cirri seorang muslim. Seseorang yang telah diperbudak oleh hawa nafsunya, maka mustahil dia akan bisa ikhlas. Dia hanya akan mau menerima aturan dan hokum Allah kalau itu sesuai dengan keinginannya. Manakala dihadapkan pada sesuatu yang ia tidak sukai, maka ia akan menentang aturan dan hukum Allah itu.
Bila hal ini terjadi, maka patut kita renungkan, jangan-jangan kita pun telah termasuk kedalam golongan yang telah menuhankan hawa nafsu. Jika memang begitu, apa bedanya kita dengan orang kafir, hal ini tak jauh dengan apa yang dikatakan umat Nabi Musa as, “ Kami hanya akan mengimani sebagian dari aturan Allah yang cocok dengan keinginan kami, tapi aturan-aturan Allah yang tidak cocok dengan akal serta hawa nafsu kami, maka tidaklah mungkin kami melakukannya ”.
Penulis sangat teringat kepada apa yang dikatakan salah seorang guru Penulis, sosok seorang Muballigh dan Kyai Bapak KH. Athian Ali M.. Da’i, Lc, MA. Beliau pernah memaparkan dalam ceramahnya dan dimuat dalam sebuah artikel serta media masa, mengapa hawa nafsu dapat menguasai diri manusia sedemikian rupa ? Hal ini dikarenakan hawa nafsu itu ada didalam akar diri manusia, Masyaallah !! Sulit sekali rasanya bagi manusia untuk mencoba melepaskan diri dari diperbudak oleh hawa nafsunya.
QS. Asy-Syams, 91 : 7-8 Allah menegaskan, manusia memiliki dua pintu dalam dirinya, yaitu pintu hidayah ( Taqwa ) dan pintu kesesatan ( Fujur ). Hidayah adalah urusan Allah, bukan urusan kita; “ Laisa ‘Alaika Hudaahum Walaakinnallaaha Yahdii Man Yasyaa “, bukanlah kewajibanmu untuk mendapatkan hidayah itu, akan tetapi Allahlah yang memberikan hidayah kepada siapa yang Dia kehendaki.
Kewajiban kita dalam mengingatkan seseorang hanyalah dengan berusaha untuk mengetuk pintu taqwa yang ada dalam dirinya, dengan cara mencari jalan agar hatinya terpanggil. Dalam mengingatkan seseorang hanyalah dengan berusaha untuk mengetuk pintu taqwa yang ada pada dirinya, dengan cara mencari jalan agar hatinya terpanggil. Namun, sering apapun kita mengetuk hati pintu itu, selama orang tersebut tidak membuaka pintu hatinya, hidayah Allah tidak akan pernah
datang. Begitu pula sebaliknya, ketika ia mau membuka pintu hatinya, maka hidayah Allah akan segera masuk.
Seperti itu pulalah yang dilakukan syetan dalam mengetuk pintu kesesatan (Fujur) yang ada pada diri manusia, selama seseorang tidak membuka pintu tersebut, syetan tidak akan bisa masuk. Oleh karenanya, hendaklah kita menghindari perbuatan-perbuatan syetan, karena sedikit saja pintu Fujur terbuka, hal itu akan membuka peluang bagi syetan untuk masuk. Kesungguhan dan keseriusan syetan membawa kita pada pangkuannya begitu halus dan cepat, Rosulullah Saw pernah bersabda : “ Innasysyaithoona yajrii kamaa majroddammi, sesungguhnya syetan mengalir dalam tubuh kita lebih hebat sebagaimana mengalirnya darah pada tubuh “.
Hal seperti ini diibaratkan seseorang ketika terjangkit penyakit flu, batuk, kanker karena adanya virus, virus tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang kita, bahkan ada virus yang tidak bisa terdeteksi oleh alat, virus bisa meracuni organ tubuh kita. Begitulah Syetan, Syetan bisa memasuki lubang-lubang dan organ tubuh kita, syetan tidak bisa kita lihat dengan mata telanjang kita, keimanan seseorangpun bisa binasa karena adanya Syetan sebagai virus yang hidup dan tidak mati serta beranak cucu untuk mengepung manusia menjadi sahabatnya.
Harapan serta do’a Penulis buat pribadi dan Pembaca, semoga Allah SWT senantiasa menyelamatkan kita semua dari nafsu yang membinasakan kita. Amien !